Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Kelas Menengah Gudang Garam

Gambar
  orang-merokok.jpg (1200×778) (wordpress.com) Beberapa bulan lagi rumahnya bakal didatangi banyak tamu. Akan ada pesta besar semalaman suntuk. Seisi desa berbondong-bondong turut mempersiapkan acara itu. Dan Bapak-Tua itu tak ingin mengecewakan siapapun. Meski pandemi masih eksis, itu bukan apa. Putra pertamanya tetap akan melangsungkan pernikahan di tahun depan. Bapak-Tua itu optimis hari akan semakin membaik. Kondisi segera pulih dan semua orang dapat berkumpul merayakan pengantin baru. Segala perintilan tradisi pernikahan kejawen harus masuk daftar “rampung”. Setidaknya sebulan sebelum hari-H tiba. Biaya tak menjadi hal. Prinsipnya, yang penting semua lancar dan banyak orang bersenang-senang. Bapak-Tua itu adalah tipikal pria loyal. Ia tak peduli apapun—termasuk uang—jika itu demi kepentingan lain yang menurutnya lebih esensial, “Kenapa tidak?” Suatu ketika, ia menyuruh putranya untuk membeli sepasang cincin pernikahan secara langsung. Ia bersedia merogoh uang berapa saja, asal put

Kenapa Saya Membatasi Akses "Begitu Saja" di Internet?

Gambar
  Media baru, lebih-lebih media sosial, kini memiliki kekuatan yang cukup besar untuk menggiring agenda dari sebuah media. Topik-topik pembicaraan tidak benar-benar hadir dari media itu sendiri. Bahkan kita cenderung mengonsumsi suatu informasi yang datang dari lini masa media sosial kita. Saat ini sedikit dari kita yang mengakses informasi, khususnya berita, melalui pencarian langsung. Semua cuplikan berita sudah dengan runut digelar di depan mata kita melalui lini masa. Itu pun, apa yang muncul akan selalui sejalur dengan apa yang cenderung kita sukai dan ikuti. Kita seperti berada di bilik masing-masing. Asyik dengan pembahasan yang itu-itu terus. Dan kita akan selalu merasa dipuaskan, dicekoki dengan algoritma internet yang semakin hari semakin menguat berkat klik jempol kita. Fenomena itu senada dengan sebuah riset konsumsi media yang dilakukan pada Juni 2017 lalu. Dari sebanyak 300 mahasiswa Gen-Z di 30 kampus se-Jakarta ditemukan bahwa konsumsi berita cenderung melalui penggun