Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Menengok Batas dalam Diri yang Melindungi

Begini. Selama ini yang kukenal, aku punya berlapis-lapis ruang pembatas tebal yang mengelilingi diriku. Dan kupikir tak hanya aku. Semua manusia yang hidup dan banyak bicara ini, pun memiliki batasan itu. Setidak-tidaknya. Tidak semua orang dapat menembusnya. Tak semua orang pantas, kau semua harus tahu itu.  Seseorang merasa mengenalku, bahwa tabiatku begini atau begitu. Tabiat itu bukan berarti tepat seperti bagaimana diriku sendiri mengenal diriku. Bisa sama sekali meleset. Ini sangat wajar. Jangan mengerutkan dahi. Setiap dari kita—manusia yang sulit membuka telinga ini—memiliki warna dan lakon hidup masing-masing. Kita bertumbuh dalam petak tanah kita sendiri. Mana mungkin semua sama rata?!  Jika kau inginkan yang sama, tak ada yang bisa kau lakukan selain berebut. Potensi konfrontasi. Dan kau tahu sendiri, kita ini sebagai manusia tak pernah mau ada konflik. Hidup terus dan teruslah dalam kenyamanan, bukan? Jadi ketika seseorang mengenalku, menginterpretasiku, aku mafhum. Begitu

Menemui Makna Dewasa

Hingga kini aku belum juga paham ukuran seseorang dianggap matang. Kurasa tak ada patokan yang pasti. Aku banyak menyaksikan manusia tua yang bersikap kekanakan. Atau seorang anak yang justru mengerti sebuah makna kehidupan yang sepatutnya belum ia pahami. Setidaknya dalam hal ini, ukuran dewasa diukur dari bagaimana seseorang bertindak laku. Pada yang lain. Pada diri sendiri tak mungkin diukur. Memanglah kita hidup di dunia yang selalu keluar. Di luar diri. Di dalam diri ini dianggap bukan sesuatu yang pasti. Kita terlanjur menggubris segalanya yang tampak. Materi adalah senyata-nyatanya kenyataan. Sepasti-pastinya kepastian. Sulit juga memang untuk mendobrak pondasi-pondasi yang telah disusun seumur pikir. Aku hanya berharap pada generasi berikutnya, setidak-tidaknya yang suatu hari nanti sejak kecil dekat dan terasuh olehku serta orang-orang dekatku. Sehingga yang ada bukanlah dobrakan, bukan mencabut akar satu pohon yang telah tumbuh. Melainkan membangun pondasi itu, menanam t

La Même Histoire, Life is A Dance

Versi bahasa Prancis: Quel est donc Ce lien entre nous Cette chose indéfinissable? Où vont ces destins qui se nouent Pour nous rendre inséparables? On avance Au fil du temps Au gré du vent, ainsi... On vit au jour le jour Nos envies nos amours On s'en va sans savoir On est toujours Dans la même histoire Quel est donc Ce qui nous sépare Qui par hasard nous réunit? Pourquoi tant d'allers, de départs Dans cette ronde infinie? On avance Au fil du temps Au gré du vent, ainsi... On vit au jour le jour Nos envies, nos amours On s'en va sans savoir On est toujours Dans la même histoire On vit au jour le jour Nos envies, nos amours On s'en va sans savoir On est toujours Dans la même histoire La même histoire... Versi Bahasa Inggris: Life's a dance, we all have to do What does the music require?  People are moving together  Close as the flames in a fire  Feel the beat, music and rhyme  While there is time We all go round and round  Partners are lost an

Lost and Found

Segala hal tak terus menetap, mereka datang dan pergi, hilang dan muncul. Termasuk teman. Termasuk aku juga pada teman-temanku. Kita semua saling menyambangi hanya pada momen-momen tertentu, sisanya kita kembali sendiri. Seutuhnya, selamanya. Di balik seseorang yang kita kenali, ada sosok lain, ada ruang lain dalam diri yang sama sekali tak bisa kita jamah. Begitulah kita ini manusia, seperti samudera yang sangat dalam. Kita hanya mampu menyelam di permukaan. Tak cukup dalam sekali helaan nafas yang kita miliki untuk menyelam ke kedalaman manusia lain, juga diri sendiri. Begitulah kita satu sama lain. Aku pada teman-temanku, juga mereka padaku. Namun dalam hidup, kan kita punya momen untuk saling menyambangi? Saling mengenali. Menyempatkan diri untuk menyelami lautan, meski hanya sampai permukaan. Aku hanya ingin kita saling memahami. Bahwa kita bertemu untuk saling menyapa, bicara, dan bercerita. Telah terpatri dalam diriku, setiap dari kita berada dalam pijakannya masing-masing. Dan

Duduk Bersila Menghadap Timur

Aku menghadap timur Namun ini bukan waktunya mentari muncul Malam-malam dan hujan-hujan Tak ada rembulan Ia berteduh di bawah rumah-rumah yang terbalik Jamur di hutan yang bergelantungan, pohon yang jungkir balik Malam-malam dan hujan-hujan Aku bersila menghadap timur Ada yang berkecamuk di segala penjuru Semuanya basah, lalu gundah Barangkali hujan turun membawa susah dan gelisah Sejuk ini terlalu dingin gemericik terlalu berisik semburat-semburat saja semuanya Masih kuingat suasana siang Namun saat aku tak sedang menghadap timur duduk bersila Saat itu juga langit nampak terang menawan Saat menghadap timur, aku tak tertegun Sebab ketika muram-muram, ketika malam-malam dan hujan-hujan, langit turun terlalu jatuh Bukan barangkali sesuatu yang teramat luka serta sia-sia jatuh terlalu turun menjadi basah dan gundah menumbuhkan jamur dan pohon yang bergelantung dan jungkir balik Semuanya basah Semuanya gundah Menawan Menyeruak k

Berdoalah sebelum Tidur

Malam itu aku kembali bermimpi. Setelah sekian lama. Beberapa hari tidurku memang tak karuan. Aku tak pernah punya intensi untuk membiarkan diriku memejamkan mata. Hingga selalu tidur datang tanpa kehendak. Selalu terlelap dalam keadaan ketiduran ketika mengerjakan sesuatu. Lalu bangun tanpa satupun mimpi yang diingat. Hanya pulas, gelap saja waktu tidur. Namun malam itu aku bangun membawa ingatan dari alam sana. Seingatku ketika bangun aku lekas berkaca dan mengecek gigiku. Aku mimpi gigiku copot! Awalnya aku tak terlalu memikirkannya. Selang sehari, mimpi itu terpikir juga olehku. Dalam mimpi itu aku hanya memegang gigiku. Namun tiba-tiba gigi taringku yang sebelah kanan atas terjatuh. Dan aku ompong. Di dalam mimpi itu aku berkaca. Ada rasa sesal waktu itu. Senyumku dalam kaca berubah. Manisnya senyumku bersama gigi taring itu hilang. Dan aku agak ngeri. Karena senyumku jadi aneh. Lalu saat itu juga, tiba-tiba taring sebelah kiri ikut ompong. Alam mimpi memang ganjil, segalanya