Berdoalah sebelum Tidur

Malam itu aku kembali bermimpi. Setelah sekian lama. Beberapa hari tidurku memang tak karuan. Aku tak pernah punya intensi untuk membiarkan diriku memejamkan mata. Hingga selalu tidur datang tanpa kehendak. Selalu terlelap dalam keadaan ketiduran ketika mengerjakan sesuatu. Lalu bangun tanpa satupun mimpi yang diingat. Hanya pulas, gelap saja waktu tidur.

Namun malam itu aku bangun membawa ingatan dari alam sana. Seingatku ketika bangun aku lekas berkaca dan mengecek gigiku. Aku mimpi gigiku copot!

Awalnya aku tak terlalu memikirkannya. Selang sehari, mimpi itu terpikir juga olehku. Dalam mimpi itu aku hanya memegang gigiku. Namun tiba-tiba gigi taringku yang sebelah kanan atas terjatuh. Dan aku ompong. Di dalam mimpi itu aku berkaca. Ada rasa sesal waktu itu. Senyumku dalam kaca berubah. Manisnya senyumku bersama gigi taring itu hilang. Dan aku agak ngeri. Karena senyumku jadi aneh. Lalu saat itu juga, tiba-tiba taring sebelah kiri ikut ompong. Alam mimpi memang ganjil, segalanya bisa terjadi dalam sekejap.

Aku termasuk orang yang masih mempertimbangkan dunia diluar realitas. Mimpi tak datang begitu saja. Bunga tidur tak mekar begitu saja. Setelahnya bunga tentu akan jadi buah bukan? Jadi aku mencari di internet, tafsir mimpi yang kualami. Ada banyak tafsir. Aku menenangkan diriku dengan mengamini tafsir yang baik-baik saja. Tafsir yang buruk katangkal dengan keraguan sambil diam-diam berdoa. Hal-hal baik selalu menyertaiku dan sekitarku. Ah, memang manusia tak pernah mau mendapat sial.

Aku bercerita soal mimpi itu pada ibuku. Aku bercerita dengan nada seolah tak yakin. Kubuat agar mimpi itu bukan hal yang patut dilarut-larutkan. Aku menenangkan diri. Sedang ibuku mulutnya terus-terusan memanjatkan doa. Sama sepertiku, ia ingin segalanya baik-baik saja.

Apakah mimpi memang benar suatu tanda kehidupan yang nyata?

Aku tak paham juga. Namun kupikir sesuatu di dunia ini punya banyak rahasia yang tak bisa kita singkap dengan gamblang. Dan sesuatu itu tak hadir hanya sia-sia. Segalanya punya maksud. Termasuk mimpi, rasanya.

Selepas magrib, satu kabar duka terbang lewat ponsel ibuku. Saudara nenekku meninggal. Pemakaman akan dilaksanakan besok pagi. Senyum sumringah perempuan tua itu melintas memburam di bayanganku.

Pagi hari sebelum pergi melayat, kucingku mengeong-ngeong keras hingga aku terbangun. Ia seperti kesakitan. Badannya tergelenter dan kejang-kejang. Kucing itu tidak mengeluarkan cairan dari mulutnya seperti keracunan. Jadi kupikir ia hanya terkena bisa serangga atau semacamnya. Aku, ibu dan kakaku bingung. Berbagai tombo penawar diberikan. Susu, air kelapa, gula jawa. Hingga siang kucing itu hanya tergeletak dan beberapa kali kejang. Kuelus-elus. Lalu seketika badannya seperti tersentak sesuatu. Kaki dan tangannya seperti tertarik. Aku ngeri. Mata kucing itu membelalak. Tak tega melihatnya, aku menyingkir. Saat kulihat, nafas kucing manis itu telah hilang...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedap Malam

Understanding Love?

Kenapa Saya Membatasi Akses "Begitu Saja" di Internet?