Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Serpihan Karang

Laut terkekeh melihat pasir Ia terheran Mengapa pasir tak seperti karang yang berdiri kokoh walau terhempas ombaknya Sedangkan pasir mudah terombang-ambing mengikuti kemana ombaknya Laut terkekeh sekali lagi Tentang apa yang dikatakan angin ketika mampir Bahwa ia belum tahu Jika pasir adalah serpihan karang

Mata Kalong Indonesia

Gambar
Indonesiaku bercerita pada gelap malam yang tak riuh-rendah Di atas kasur empuk tanah pertiwi ratusan ribu mata kalong Indonesiaku merebah Mereka membeliak pada lampu atap yang sangat cerah Lampu dengan cahaya merah dan putih di bawah Mata-mata itu mengintai lelabah berdasi rapi pemancing amarah Lelabah itu mondar-mandir di dekat lampu untuk membangun jaring-jaring yang dikatakan rumah Rumah serat untuk masa depan yang indah Masa depan untuk siapa maksudnya entahlah Tepat dibawah rumah serat lelabah Mata-mata kalong Indonesiaku yang berada di tanah melotot Debu-debu penyusah pada rumah berjaring-jaring itu merontok Indonesiaku mengerang sedikit jengah Mata kalong kelilipan hingga terkapah-kapah Mata tak ada mulut untuk teriak minta bantuan Mata tak ada kuping untuk dengar suara peringatan Mata tak ada hidung untuk hirup udara nusantara yang dermawan Mata tak ada tangan untuk halang debu kesusahan Mata tak ada otak un

Kontribusi Efektif untuk Negeri Hanya dengan Pikiran Positif

Anak muda merupakan salah satu aset yang sangat berharga bagi sebuah negeri. Hal itu dikarenakan anak muda dinilai sebagai generasi penerus yang mampu berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa. Dengan harapan yang besar tersebut, secara tidak langsung nasib bangsa ini kedepannya berada di pundak anak mudanya. Namun, masalahnya adalah tidak semua anak muda sadar akan tanggung jawab yang diembankan pada kita atau hanya sekedar sadar tetapi kita tidak tahu bagaimana caranya berkiprah. Sehingga kita lebih memilih untuk melakukan hal-hal yang lebih kita sukai tanpa peduli akan pengaruhnya serta bagaimana nasib bangsa nantinya. Lebih disayangkan lagi jika kita hanya menjadi anak muda yang gemar berpikir kritis namun terlampau apatis, mengkritisi pemerintahan, mencela sesuatu yang tidak sepihak dengan kita, mencari-cari celah perbedaan, memaki, membenci atau menilai buruk segala hal yang ada di sekitar kita, di negeri kita sendiri. Sebuah negeri itu seperti rumah kita sendiri. Berantakan a

Sekolahku, Sekolah Kakekku juga Sekolah Cucuku

Gambar
Sebelum masuk sekolah Aku membuka galeri sejarah Kulihat pedati-pedati itu kini menjadi besi mesin yang juga bisa berlari Kulihat bulu-bulu itu kini menjadi pulpen atom yang juga bisa untuk menulis Kulihat kulit-kulit kayu itu kini menjadi lembaran-lembaran putih yang juga bisa untuk dibaca Kulihat bakiak-bakiak itu kini menjadi pantofel kulit yang saat ini juga menemani langkahku ke sekolah Coba kulihat sekolah kakekku di galeri sejarah Ternyata sekolah kita tidaklah beda Sekolah kita tak seperti pedati, bulu, bakiak dan kulit kayu Kulihat lagi di galeri sejarah Terlihat seorang guru memegang buku Bapak Einstein yang pada sampulnya tertulis kutipan tentang tentang ikan yang seumur hidupnya merasa bodoh karena tak bisa memanjat pohon Tapi, kutipan itu tak mungkin dibacakan Ia membacakan teori Bapak Einstein tentang E sama dengan MC pangkat dua Murid-murid yang juga kakekku disitu terlihat mangguk-mangguk saja Walau ada satu puluh dua yang menggambar, berpuisi, hingga membaca kamus baha

Rehatlah Pujangga Payah

Cerita ini dimulai Ketika ilmu pengetahuan memperbudak nalar K etika naluri dan akidah tak jadi iktikad Ketika loka fana hanya pacuan utama Ketika manusia berlomba-lomba mempertebal telinga Ketika tak ada beda antara nyata dan maya Ketika si domot menguasai dunia Ketika si bakir tak sedia angkat bicara Cerita ini dimulai Cerita yang tak satupun sudi tahu apa gerangan judulnya Sang pujangga saja segan-sungkan Kalau begitu, jangan lanjutkan ceritanya wahai pujangga Rehatlah, kau terlalu payah Cerita ini belum usai

Si Ragu

Anggap saja ini langit, Tampak hampa, Namun berjuta yang menghuni Bukan langit yang tampak hampa, Mereka saja yang tak mau tampak oleh fuadmu Mereka selalu berkata sesuatu yang tak kutahu dengan jelas takrifnya Muhal, apa yang mereka katakan adalah parafrasa dari perkataanmu Duhai fuadku, jangan simpan sendiri segala sesuatu yang perlu kutahu Dia tidak merahasiakan, kau selalu memantikinya, sahabat Dia tak bisa kaulihat dengan mantik belaka Masih ada si ragu Dialah!