Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Tentang Paradoks Batu

Paradoks. Paradoks menurut pemahaman saya adalah sebuah kata untuk mewakili keadaan yang disana terdapat beberapa premis, dimana premis-premis tersebut kontradiktif dengan apa yang sebelumnya biasa ada dan dianggap benar. Paradoks pada bayangan saya adalah seperti cabang-cabang yang bercabang-cabang tak ada ujung, seperti lapisan-lapisan yang berlapis-lapis tak ada habis. Pernah dengar omnipotence paradox ?   Paradoks yang mempertanyakan tentang kemahakuasaan Tuhan, seperti halnya “ The Paradox of Stone ”: Bisakah Tuhan menciptakan sebuah batu yang sangat berat hingga dia sendiri tak dapat mengangkatnya ? Apa yang saya tangkap adalah sebenarnya paradoks tersebut berangkat dari entah pertanyaan atau pernyataan tentang kemampuan Tuhan menafikan dirinya. Hal itu dapat kita lihat dari presmis-premis pokok dari paradoks ini yang menggiringnya pada jawaban iya dan tidak . Jika iya , bahwa Tuhan bisa menciptakan batu yang sangat berat hingga dia sendiri tak dapat mengangkatnya, i

Senyum Ejek Hujan

Aku dengar itu Gelak nabi dari rinai-rinainya awan Terlihat riuh namun pada halnya ia adalah perihal yang singular Lalu bumi telah terlanjur basah Dan pada momen yang sama sang waktu menggertak Lalu aku dengar dengan jelas lagi itu Dalam basahnya bumi ada sesuatu yang meronta-ronta kekeringan Begitu gaduh namun pada halnya ia adalah perihal yang hambar Selalu   tuduh benci itu memang terpayah Hingga ketika semuanya reda tak ada momen untuk menidak Aku mungkin tak dengar lagi itu

Yang Meronta-Ronta?

Pernah tidak kau merasa begitu gundah, dengan tanpa alasan yang jelas? Hanya rasa itu tiba-tiba datang dan begitu menguisik. Seperti ada bagian di dalam dirimu yang meronta-ronta, entah itu kesakitan, kesepian, kegamangan, kekhawatiran, entah apapun itu rasa-rasanya, tak terwakili oleh gabungan kosakata apapun. Hanya saja kau merasa kehampaan yang luar biasa, sepanjang hari. Kehampaan-kehampaan itu penuh dan menyesakkan. Tak ada satupun yang benar-benar manusiawi di matamu. Bahkan orang yang sedang kau taruh hati padanya. Apalagi orang yang teranggap dekat denganmu, hanya karena mereka di dekatmu sejak kau lahir hingga tumbuh, siapapun yang di sekitarmu, tak akan memahami. Kau punya ruang sendiri yang sulit untuk kau keluar darinya, begitupun mereka yang sulit untuk menembus masuk ruangmu mungkin. Tapi siapa juga yang mau masuk? Kau terus-terusan merangkak, terkadang sambil terisak, berusaha menemukan dan menjadi apa yang sepenuhnya kau mau. Namun tanah yang kau pijak, tak hanya

Dengar Aku Cak!

Kuceritakan kau tentang Chiaroscuro satunya selain kertas yang kugambar kemarin saat aku melakukan tarian tanpa gerak Sedikit saja kuceritakan, tak semuanya Aku tak paham bagaimana interesmu kini dan nanti, setidaknya aku tahu bahwa memang itu tak ada Kuceritakan sedikit saja sampai jalanan benar-benar nyenyat Tak usah kau tegur, sebab mataku akan spontan berhenti ketika benda-benda bising itu pulang kandang Kuceritakan sangat sedikit saja, jangan khawatir Tetaplah di bawah lampu itu Tetaplah diam disitu Namun kau boleh memilih suara-suara bising itu daripada cerocosan mataku tentang Chiaroscuro Tetaplah disitu, jangan beranjak Jangan beranjak dengan melewati kabel atau aku akan berhenti bercerita

Fantasi Chiaroscuro

Gambar
Aku tertawa tanpa suara Sebab mata-mata yang tak terpejam itu tak melihat Di waktu yang sama Aku masih menari tanpa gerak Walau mata-mata yang tak terpejam itu masih tak melihat Di waktu yang sama Mereka yang di dekatku jauh Terus-terusan bernyanyi mengiringi tari tanpa gerakku Sangat tak selaras "Tak ada yang mau selaras!" Tanganku melonjak pergi Merobek lembaran kertas catatan logaritma Yang berserakan mengitariku Tanganku melukis fantasi fantastis yang lama sembunyi dibalik kelam Aku tertawa terbahak Mentari seketika menerobos mengenai lukisan itu Indah sekali Lukisan fantasi tanganku kini mirip chiaroscuro Di waktu yang sama Aku berhenti menari dengan iringan orang dekatku yang jauh Selama mata-mata yang tak terpejam itu tak melihat Aku terus membuat chiaroscuro fantasiku

"La Magie de ses Yeux"

Gambar
Aku mau lihat "la magie de ses yeux" lalu terbang entah kemana, tak peduli serendah apa bumi ketika itu. Akan kuambil pintalan aw an dengan sangat hati-hati namun cepat, dengan keinginan kuat mengenakannya pada wadah "la magie de ses yeux" itu. Kumohon dengan teramat pada angin, bantu aku turun saja, jangan sekaligus mengenyahkan awan itu. Sehingga ketika aku telah turun pelan-pelan di bumi, diantara selimut rerumputan yang tempatnya jauh dari mana aku berpijak untuk terbang, pintalan awan itu masih kurasakan di dekapku. Tak apa jika angin terus berhembus mengitari ubunku sambil berbisik tentang rasa-rasa yang mudah berkelukur, kudekap selalu walau ada yang gamang disana-entah dimana. “La magie de ses yeux” telah memantiknya dahulu, lalu bukan urusan rasa-rasa itu untuk tahu.

Hasil Sepi

Gambar
Di kesadaran itu tahu bahwa semua itu hadir karena sepi. Entah sepi karena pernah ramai, atau sepi karena sepenuhnya lengang-tak pernah ada apapun. Namun, di kesadaran itu pun tahu bahwa tak ada gunanya terus-terusan beringar-bingar dalam dunia nan jauh diatas sadar, bahkan berusaha setajam mungkin menusukkan mata untuk menembusnya juga tak ada kesudahan. Kalau bukan karena satu pijakan yang memberi kepastian, mungkin semua itu akan terombang-ambing. Sebut saja kesemuanya itu-yang di bawah sadar- sebagai sebuah eksperimen untuk membuktikan pastinya pijakan itu. Dengan sedapat mungkin menjauhi kesempatan yang hadir, hingga menekan ekspektasi sekecil mungkin. Dengan mengambang, “Waktu akan memutar semuanya, menggamblangkan dua pemeran utama dengan satu omniscience .”

Sajak Tentang Langit dan Sesuatu yang Setara dengan Hujan

Sesuatu  yang  seharusnya   dingin   itu   akhirnya   keluar   sebaliknya Terasa   hangat   melewati   bukit  rona Membaur   bersama   hujan Suatu   impuls  yang tak  dapat   tertakrifkan Ia  hanya  ingin   jatuh   mengiringi   hujan  sore  ini Dingin  aroma  hujan  yang  meruap   beserta   talanya  yang  nyarik Menyeruak  masuk  meniti   belahan   langit   padanan   senja Sedang   apa   empunya   haluan   sajak  sore  ini ? Akankah   sesuatu  yang  hangat   tadi   mengikuti   hujan   berkondensasi Diterpa   angin   menuju   belahan   langit   padanan   senja Terjatuh , m engenai sang  empunya   haluan   sajak Menyeruak  masuk  meniti   belahan   langit   sajak   berada Ini   tentang   langit  dan  sesuatu  yang  setara   dengan   hujan

Budak Candra Sangkala

Romanku buram tertutup candra sangkala Kusuguhkan senyum basi pada kumpulan awan penabah Bahana keras terus berhembus bersama angin sejuk Mengkerutku atas retorika setengah nafsi Aku berlari menuju bukit pasir Membawa bendera uap dan kutancapkan kukuh "Tak ada yang perlu diratapi!" Kumpulan awan penabah, bahana keras dan komplotannya menganga Lalu mereka berpindah haluan Yang masih ada hanyalah angin sejuk Tertiup memutariku dan menyenggol bendera uapku Teriakku lirih sekali "Sekarang, aku budakmu candra sangkala!"

Serpihan Karang

Laut terkekeh melihat pasir Ia terheran Mengapa pasir tak seperti karang yang berdiri kokoh walau terhempas ombaknya Sedangkan pasir mudah terombang-ambing mengikuti kemana ombaknya Laut terkekeh sekali lagi Tentang apa yang dikatakan angin ketika mampir Bahwa ia belum tahu Jika pasir adalah serpihan karang

Mata Kalong Indonesia

Gambar
Indonesiaku bercerita pada gelap malam yang tak riuh-rendah Di atas kasur empuk tanah pertiwi ratusan ribu mata kalong Indonesiaku merebah Mereka membeliak pada lampu atap yang sangat cerah Lampu dengan cahaya merah dan putih di bawah Mata-mata itu mengintai lelabah berdasi rapi pemancing amarah Lelabah itu mondar-mandir di dekat lampu untuk membangun jaring-jaring yang dikatakan rumah Rumah serat untuk masa depan yang indah Masa depan untuk siapa maksudnya entahlah Tepat dibawah rumah serat lelabah Mata-mata kalong Indonesiaku yang berada di tanah melotot Debu-debu penyusah pada rumah berjaring-jaring itu merontok Indonesiaku mengerang sedikit jengah Mata kalong kelilipan hingga terkapah-kapah Mata tak ada mulut untuk teriak minta bantuan Mata tak ada kuping untuk dengar suara peringatan Mata tak ada hidung untuk hirup udara nusantara yang dermawan Mata tak ada tangan untuk halang debu kesusahan Mata tak ada otak un

Kontribusi Efektif untuk Negeri Hanya dengan Pikiran Positif

Anak muda merupakan salah satu aset yang sangat berharga bagi sebuah negeri. Hal itu dikarenakan anak muda dinilai sebagai generasi penerus yang mampu berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa. Dengan harapan yang besar tersebut, secara tidak langsung nasib bangsa ini kedepannya berada di pundak anak mudanya. Namun, masalahnya adalah tidak semua anak muda sadar akan tanggung jawab yang diembankan pada kita atau hanya sekedar sadar tetapi kita tidak tahu bagaimana caranya berkiprah. Sehingga kita lebih memilih untuk melakukan hal-hal yang lebih kita sukai tanpa peduli akan pengaruhnya serta bagaimana nasib bangsa nantinya. Lebih disayangkan lagi jika kita hanya menjadi anak muda yang gemar berpikir kritis namun terlampau apatis, mengkritisi pemerintahan, mencela sesuatu yang tidak sepihak dengan kita, mencari-cari celah perbedaan, memaki, membenci atau menilai buruk segala hal yang ada di sekitar kita, di negeri kita sendiri. Sebuah negeri itu seperti rumah kita sendiri. Berantakan a

Sekolahku, Sekolah Kakekku juga Sekolah Cucuku

Gambar
Sebelum masuk sekolah Aku membuka galeri sejarah Kulihat pedati-pedati itu kini menjadi besi mesin yang juga bisa berlari Kulihat bulu-bulu itu kini menjadi pulpen atom yang juga bisa untuk menulis Kulihat kulit-kulit kayu itu kini menjadi lembaran-lembaran putih yang juga bisa untuk dibaca Kulihat bakiak-bakiak itu kini menjadi pantofel kulit yang saat ini juga menemani langkahku ke sekolah Coba kulihat sekolah kakekku di galeri sejarah Ternyata sekolah kita tidaklah beda Sekolah kita tak seperti pedati, bulu, bakiak dan kulit kayu Kulihat lagi di galeri sejarah Terlihat seorang guru memegang buku Bapak Einstein yang pada sampulnya tertulis kutipan tentang tentang ikan yang seumur hidupnya merasa bodoh karena tak bisa memanjat pohon Tapi, kutipan itu tak mungkin dibacakan Ia membacakan teori Bapak Einstein tentang E sama dengan MC pangkat dua Murid-murid yang juga kakekku disitu terlihat mangguk-mangguk saja Walau ada satu puluh dua yang menggambar, berpuisi, hingga membaca kamus baha

Rehatlah Pujangga Payah

Cerita ini dimulai Ketika ilmu pengetahuan memperbudak nalar K etika naluri dan akidah tak jadi iktikad Ketika loka fana hanya pacuan utama Ketika manusia berlomba-lomba mempertebal telinga Ketika tak ada beda antara nyata dan maya Ketika si domot menguasai dunia Ketika si bakir tak sedia angkat bicara Cerita ini dimulai Cerita yang tak satupun sudi tahu apa gerangan judulnya Sang pujangga saja segan-sungkan Kalau begitu, jangan lanjutkan ceritanya wahai pujangga Rehatlah, kau terlalu payah Cerita ini belum usai

Si Ragu

Anggap saja ini langit, Tampak hampa, Namun berjuta yang menghuni Bukan langit yang tampak hampa, Mereka saja yang tak mau tampak oleh fuadmu Mereka selalu berkata sesuatu yang tak kutahu dengan jelas takrifnya Muhal, apa yang mereka katakan adalah parafrasa dari perkataanmu Duhai fuadku, jangan simpan sendiri segala sesuatu yang perlu kutahu Dia tidak merahasiakan, kau selalu memantikinya, sahabat Dia tak bisa kaulihat dengan mantik belaka Masih ada si ragu Dialah!

Lulus!

Terkadang saya menyadari bahwa saya telah tumbuh begitu cepatnya menuju dewasa. Waktu tak ubahnya hanya kedipan-kedipan cahaya yang cepat. Saya sudah lulus sekolah menengah atas! Cepat sekali. Sampai di umur tiga tahun saya tak tahu apa yang sudah saya lakukan dalam kehidupan ini. Saya juga tak ingat rasa dan bahasa apa yang ada pada diri saya waktu itu. Banyak imajinasi. Saya mulai sekolah di Taman Kanak-Kanak dari umur empat tahun kurang sampai lima tahun. Waktu itu saya  adalah anak yang pendiam. Saya ingat sekali. Saya tidak punya teman selain sepupu sendiri. Saya tidak seperti teman-teman lain yang ceria dan aktif bermain sana-sini. Ketika ingin bermain di sebuah wahana permainan saja, seringkali saya tak mendapat giliran. Bayangan ketika saya harus selalu menunggu giliran untuk bermain nampak dalam ingatan. Waktu itu saya selalu menunggu, meski tahu tidak mendapatkannya sampai bel masuk berbunyi. Entah perasaan apa yang saya rasakan waktu itu,yang jelas saya agak sedih meng

Untuk Jadi Ada

Pernahkah kamu, berjalan pelan-pelan atau bahkan seolah merayap, menundukkan kepalamu serendah mungkin, menyunggingkan senyum terbaik yang kau bisa, meletakkan hati kecilmu dan menyembunyikan suara impulsifmu serapat mungkin, sekecil mungkin, sedalam mungkin. Hingga mulutmu mengambil alih semuanya, situasi paling asyik bagi yang diseberang adalah yang utama, atau jika perlu mulutmu harus tega membunuh habis entitas aslimu. Dapatkah kamu rasakan, ketika bagian minoritas pada dirimu berkali-kali berteriak keras mengalahkan mayoritas, "Eksistensimu atas mata mereka itu nomor satu!" Kamu sebenarnya tak jarang dibuat meringis atas pantulan yang mereka beri, dan mungkin saja kamu sama sekali tak digubris, hingga untuk kesekian kalinya, mayoritas dalam dirimu berbisik lirih, "Eksistensimu tak butuh mata mereka. " Tapi, kamu lagi-lagi membiarkan mulut, sampai seluruh ragamu manut pada situasi yang nyaman bagi mereka, ikuti arusnya hingga kam

Batas Tanpa Batas

Gambar
~infinity~ Manusia itu unik. Sangat unik. Tuhan dengan begitu hebatnya menciptakan manusia yang hebat ini. Sampai-sampai saya sendiri yang juga sebagai manusia tak bisa merangkai kata-kata untuk mengungkapkan segala hal hebat yang Tuhan ciptakan. Mungkin kata-kata yang selama ada tak akan mungkin bisa mewakili semuanya dan mungkin tak ada kata yang bisa mewakilinya. Pengetahuan kita tak sampai secuil dari jagad raya, dari segala sumber pengetahuan. Manusia itu unik. Ketika dia tahu dan menyadari sesuatu, dengan penuh kesadaran juga mereka melupakan pengetahuan mereka. Manusia tahu bahwa ilmu mereka itu terbatas, tetapi dengan penuh kesadaran terus berlari melampaui batasan itu. Sudah jelas tak mungkin bisa. Hingga akhirnya, mau tak mau manusia mencari alternatif lain dengan menjadikan batasan itu sebagai batasan maksimal. Sehingga kalau mereka berada pada pertengahan, tak ada alasan lagi untuk tidak pongah. Toh, mereka sudah berhasil melampaui batas minimalnya, batas maksimal t

Dunia Gak Cuma Aku, Kamu dan Dia

Gambar
Pernah mikir, jika dunia ini seperti penokohan drama? Ada protagonis dan antagonis. Mungkin terpikir, jika di duniamu, kamu adalah protagonis. Semuanya, adalah tentang kamu, orang lain hanyalah tokoh pembantu. Pernah mikir, jika orang lain juga berpikiran seperti itu? Bahwa orang lain selain dirimu hanyalah adverbial, kamu adalah subjek yang bisa berdiri sendiri. Kamu yang terlampau apatis, atau memang semesta yang terus perseptif? Pernah mikir, jika dunia tidak hanya kamu, tidak sebatas kausalitas aku, kamu dan dia? Bahwa dunia tidak hanya hitam dan putih, tidak hanya sebatas titik balik lensa. Angka manusia tidak hanya satu dua atau tiga. Puluhan, ribuan sampai ratusan juta, tidak serta merta sama. Pernah mikir, betapa indahnya jika semua orang di dunia itu kamu? Hingga tak perlu kamu menyusun lautan kata-kata untuk mendaratkan suara hatimu Semua akan indah, mudah, bebas, lepas membosankan , tak berwarna, lalu beku. Sempat mikir, Jika diluar sana banyak keberuntungan yang seharusnya

Kaku banget sih jadi orang...

Apa aku ini terlalu banyak berpikir tentang mendahului orang lain? Apa aku ini terlalu menjadikan orang lain sebagai tolok ukur? Tidak. Jelas sekali aku akan bilang tidak. Aku tidak peduli, saat ini, sangat tidak peduli, mencoba untuk sangat tidak peduli pada orang lain. Tidak ada yang peduli padaku tentang itu juga sebenarnya. They just say hi. Dan berlalu begitu saja. Orang-orang singgah dan pergi tanpa bekas yang berarti. Because we're a work of art! Not everyone will understand, but the one who do, will never forget about us. Dan belum, setidaknya aku masih percaya akan ada, orang yang mampu memahamiku, diluar diriku. Dalam segala hal, aku selalu ingin tidak gagal. Siapa juga yang ingin gagal? Tidak ada kecuali kau orang yang terlalu baik. Dan aku tidak. Aku tidak baik. Aku tidak ingin jadi baik. Tidak juga jadi buruk. Aku ingin jadi diriku seperti ini, tanpa penilaian. Walaupun tidak mungkin aku menghindar dari penilaian dan pemahaman. Manusia memang punya naluri yang melekat