Batas Tanpa Batas

~infinity~

Manusia itu unik. Sangat unik. Tuhan dengan begitu hebatnya menciptakan manusia yang hebat ini. Sampai-sampai saya sendiri yang juga sebagai manusia tak bisa merangkai kata-kata untuk mengungkapkan segala hal hebat yang Tuhan ciptakan. Mungkin kata-kata yang selama ada tak akan mungkin bisa mewakili semuanya dan mungkin tak ada kata yang bisa mewakilinya. Pengetahuan kita tak sampai secuil dari jagad raya, dari segala sumber pengetahuan.
Manusia itu unik. Ketika dia tahu dan menyadari sesuatu, dengan penuh kesadaran juga mereka melupakan pengetahuan mereka. Manusia tahu bahwa ilmu mereka itu terbatas, tetapi dengan penuh kesadaran terus berlari melampaui batasan itu. Sudah jelas tak mungkin bisa. Hingga akhirnya, mau tak mau manusia mencari alternatif lain dengan menjadikan batasan itu sebagai batasan maksimal. Sehingga kalau mereka berada pada pertengahan, tak ada alasan lagi untuk tidak pongah. Toh, mereka sudah berhasil melampaui batas minimalnya, batas maksimal tidak harus selalu dicapai juga. Walaupun tidak menutup kemungkinan untuk berada pada batas yang maksimal itu.
Lalu dengan begitu, ketidakbatasan jagad raya adalah sesuatu yang dianggap diluar konteks, tidak ada urusannya. Manusia benar-benar unik hingga mereka dapat menyekat sebuah ruang di dalam ruang dan melupakan ruang utama yang menaunginya.
Diatas langit, masih ada langit. Siapa yang tahu diatas langit itu ada langit? Siapa yang tahu kalau saja diatas langit adalah bukan langit, melainkan “sesuatu” yang kita sama sekali tidak tahu apa itu. Karena kosakata kita tak bisa menggambarkannya.
Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu itu warna-warna pelangi yang kita lihat dari penglihatan kita. Siapa yang tahu warna sebelum merah, setelah ungu, atau diantara hijau dan biru?
Mata kita mungkin saja tidak terlalu hebat untuk menangkap warna diatas tujuh warna itu.
Tetapi kembali lagi pada batasan atas keterbatasan tadi. Hal yang diluar akal itu sama sekali bukan urusannya.  Jadi, buang-buang waktu untuk sekedar meliriknya. Yang penting sudah berada pada ruang nyaman, ruang yang mereka beri batas sendiri.
Manusia membuat batas-batas diatas batas mutlak yang tanpa batas. Menciptakan kebebasan dalam batasan dan melupakan kebebasan yang diberi Tuhan untuk mencari batas yang telah ada. Sungguh manusia itu unik. Tapi entah mengapa sebagai manusia juga, saya belum merasa bangga atas segala keunikan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedap Malam

Understanding Love?

Kenapa Saya Membatasi Akses "Begitu Saja" di Internet?