Sebuah Surat untuk Kamu dari Aku, dua puluh tahun masehi


Tak apa bila kamu gusar. Namun, si pemburu itu tak lebih dari bayangan yang sewaktu-waktu lenyap ketika cahaya datang. Ia hanya perihal perputaran alam. Lalu dalam banyak momen, ia bersinggungan, terbentur oleh ruang temu yang wajar. Esensimu yang teramat dekat bersama cahaya terang itu. Bayangan-bayangan yang hadir dari hasil kewajaran itu memudar. Berkat satu hal ihwal yang konstan.


Terima kasih karena telah menyadari dan merawatnya dengan tulus. Tak ada tangis dan tawa, bila saja kamu tak menghidupinya atas tuntunan hal konstan itu. Sehingga kamu bergerak tanpa kehendak. Kamu telah bergerak sejauh ini. Melampaui banyak momen di ruang temu yang menggusarkanmu itu, membuatmu seringkali menjadi hampa. Kamu bergerak semakin jauh. Namun di saat yang sama, kamu semakin dekat. Pada kejauhanmu yang dekat, teruslah hidup.


Semesta terbentuk oleh bayangan-bayangan dan momen-momen, dan mereka akan berlalu sejauh ada hal yang terang. Tetaplah berada dalam jalan yang terang itu. Ruang-ruang temu akan menambah dan mengurangi banyak hal ihwal itu. Hanya hiduplah, rawatlah cahaya itu sampai tak terus-terusan tersingkap kegelapan. Jadilah teguh pada apa yang terang.

Selama itu terus terjaga, kamu akan akrab dengan segala macam rasa. Bagaimanapun wujudnya, yang datang ialah yang nyata ada. Bagaimanapun adanya, yang datang ialah yang akan pergi. Tinggal kamu yang nyata dan menetap, bagaimanapun juga. Menetap dan makin teguhlah. Tak ada yang akan berubah dan mengubah, beristirahatlah sambil terjaga pada perubahan itu sendiri.


Bagaimana bisa kamu menderap-derap? Berpijaklah. Sebab tanah memberi indramu tenaga. Dengan itu mereka memancarkan tenaga itu untuk cakrawala. Jadilah dintaranya. Memijak tanah, menghubungkannya pada cakrawala. Ikuti mantra-mantra yang mengudara diantara keduanya. Mereka kawan dekatmu. Kamu tak pernah benar-benar tinggal seorang diri dan terombang-ambing. Itulah, kamu menghirup dan mengembalikannya. Mereka memberi dan kamu menerima. Kita saling membasuh, menabur, dan menanam. Kita sang pengelana. Tak kenal masa dan bayang-bayang yang terbirit-birit oleh cahaya.


Jadilah sesadar itu. Rayakan melalui banyak jumpa. Perjumpaan-perjumpaan selalu memandumu menelisik makna. Dengannya kamu terus belajar bahwa semesta tak berpusat pada satu makna. Mereka berpendar ke dalam cahaya-cahaya. Mereka semua menerangi. Tak akan selesai. Tak ada yang dimulai dan diselesaikan. 


Sebanyak tak terhingga, aku sampaikan: kamsia. Atas segala upayamu mengada, segala perjumpaan yang kamu sengaja, damai selalu bersama kita dan semesta.





Salam damai,

dari yang selalu ada untukmu, Dina.

(13 Januari 2020)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedap Malam

Understanding Love?

Kenapa Saya Membatasi Akses "Begitu Saja" di Internet?