Notula saat malam berasap

10/10/2022 | 22.28 | 25°C berawan


Keseharian kita barangkali adalah gugusan periodik singkat. Hari-hari yang melekat pada memori masing-masing dari kita telah dengan sendirinya tersekat. Bisa jadi hanya Senin sampai Jumat. Atau hanya hari Ahad, dari bangun sampai lelap. Sisanya kita melayang-layang tanpa tahu pangkal mula kita ajek hidup. Batasnya cuma angan, cuma sembulan-sembulan kecil yang memantik kita buat bergerak.


Sepanjang hayat aku ingin percaya, bahwa kita semua tanpa kecuali, sedang dalam perjalanan tamasya mengumpulkan ingatan menuju satu hal ihwal yang begitu didamba. Kita sedang sama-sama membuat satu jalinan yang tak akan pernah nampak, karenanya ia kerap dimaknai hampa. Tapi aku ingin terus percaya dan menjalaninya dengan segala penghayatan, meski jangkanya begitu lamban, rentangnya teramat renggang. Jalan senyap itu, akan diam-diam kita tempuh, bagaimanapun gemparnya dunia. 


Aku sama sekali tak merasa terombang-ambing pada saat-saat seperti  itu. Tiada pertunjukan yang serasa abadi, kecuali merasa hidup dalam pusat batin yang terenyuh penuh dan hati yang basah. Pada suatu ketika yakin itu seperti menuju titik pudar. Dan aku seperti kehilangan sisa perbendaharaan kata yang menghubungkan mata, hati, atau telinga.


Entah dari mana juntrungnya. Kadang kisah-kisah ingin habis begitu cepat. Ia tak mau terus-terusan dalam perjalanan jauh, tak mau awet di benak kita. Dalam pertautan waktu yang kita buat-buat sendiri, derita kita tanggung sedemikian rupa wujudnya. Dari yang sepele sampai yang utama. Aku masih mencari paham muasalnya sambil memohon pada sesuatu yang punya kuasa, moga-moga kita tak benar-benar pasrah.


Suatu hari bakal ada momen dimana aku kecewa dan terisak. Dalam senyap yang sendiri dan panjang, aku hanya akan bisa bicara pada nafas yang kuhela. Padanya termuat pola-pola yang dibawa awan, tarian helai ranting, kersik halus tanah, pancaran gugus gemintang, atau tanda siklus datang bulan. Tubuhku, pada akhirnya akan habis menjadi bahasa. Satu-satunya yang mampu kutangkap, hanyalah peristiwa yang sepanjang hayat aku ingin percaya, bahwa kita semua tanpa kecuali, sedang dalam perjalanan tamasya mengumpulkan ingatan menuju satu hal ihwal yang begitu didamba. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedap Malam

Understanding Love?

Kenapa Saya Membatasi Akses "Begitu Saja" di Internet?