Karat

Kita diterpa terik di pagi hari, dihujam hujan menjelang petang, dingin menjekut di malam-malam.

Badan kita mudah oleng, hati kita mudah goyah.

Pada suatu masa, usia kita bakal menyusut cepat seperti kuota internet, ingatan kita lekas hilang karena sudah terlalu banyak nonton video pendek Tiktok. 

Wajah kita mulus dan kinclong karena skincare lebih laku daripada nasi anget sarapan di pagi hari.

Kita sebentar lagi tiba di satu masa, dimana jerawat bisa diakali, dosa bisa ditebus lewat konten.

Pada suatu masa, kita akan tiba di momen dimana kemurungan jadi gaya hidup.

Kita akan melampaui tuli: bisa bicara tapi tak bisa mendengar.

Jiwa kita dibiarkan melayang-layang tanpa sadar.

Ragam manusia liyan datang mendekat, ingin bertandang dan cari tempat pulang.

Tapi kita tak benar-benar terhubung.

Kita terputus-putus, gampang pikun, cepat sambat, dan mudah lelah. 

Kita tak benar-benar berpegang teguh pada satu hal yang membuat kita punya rasa hidup. 

Suatu hari, batin yang tenang dan pikiran yang terang, akan sangat kita damba.

Suatu hari, mulut kita hanya komat-kamit memohon doa pada entah siapa, sementara setiap langkah yang kita tempuh membuat pedalaman kita riuh dan keruh.

Hati kita terik dan kering, meski dihujam hujan sepanjang malam. 


Sementara aku memilih menepi dan bebas lepas dari keterikatan 'kita', menempuh jalan yang amat senyap ditemani rindu yang teramat pada satu hal ihwal yang membuatku merasa begitu kecil dan hidup, menjadikan hatiku basah, menempaku dengan banyak rasa, selembut kilat cahaya yang mengenai bulu mata. Aku tak butuh apa-apa, selain batin yang tenang dan pikiran yang terang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hantu Pulang

Bukan Cerita Werkudara dan Arimbi

Lakuning Srengenge