Terkadang Aku
Terkadang, aku selalu merasa bahwa aku ini begitu
idealis. Terhadap sesuatu, aku selalu mencoba untuk tidak keluar dari pandangan
yang telah aku pegang sebelumnya. Misal sejak dulu aku tidak menyukai hal-hal
yang sama. Aku selalu percaya bahwa segala hal itu harus berbeda dan memiliki
jalannya sendiri. Ketika ada orang yang menekuni bidang sastra, kamu tidak
boleh juga, dalam artian sekedar ikut-ikutan, tepat persis seperti apa yang
ditekuni orang itu. Toh, kalaupun kamu benar-benar ingin menekuninya, itu harus
datang dari dalam dirimu sendiri. Semacam itu, aku tidak suka diikuti, apalagi
mengikuti. Aku sangat menolak keras kata imitasi. Termasuk kepalsuan. Aku
sangat mencintai segala hal yang otentik. Dan itu terjadi disetiap hal dalam
hidupku.
Dalam banyak hal aku sering dianggap, pun merasa
sebagai pribadi yang pendiam, tidak ramah hingga kaku. Kupikir aku tidak kaku dan
serta merta menolak segalanya. Aku hanya melakukan apa yang ingin kulakukan,
yang menurut pandanganku pantas untuk kulakukan. Kadang, memilih untuk tidak
melakukan sesuatu sering dianggap menolak. Tapi aku tidak peduli, aku tidak
akan menyesali apapun disini.
Juga, terkadang aku terlalu banyak larut dalam
duniaku sendiri. Berada dalam pikiranku sendiri dan lebih memilih mengurusi
diri sendiri ketika sekelilingku ribut dengan ini dan itu mereka. Iya, memang
aku individualis atau apa itu sebutannya.Kupikir tidak ada manusia yang
benar-benar tidak hidup sendiri. Kita semua datang juga pergi sendirian. Tak ada
teman yang lebih mengerti daripada diri sendiri. Namun, bukan berarti juga aku
sama sekali tidak peduli. Bersama orang yang tepat, aku bisa membuka diri.
Ibarat buku, untuk mengetahui isinya kamu harus membuka dan membacanya, lembar
demi lembar. Lalu untuk membacanya, kamu harus memiliki keterkaitan dengan buku
itu. Setidaknya itu ibaratnya, versi pasifnya mungkin. Atau entahlah.
Seringkali aku merasa tidak nyaman dengan
lingkunganku. Aku merasa sulit untuk segera membaur. Bahkan, percaya atau
tidak, aku sering jatuh kelelahan setelah banyak berinteraksi dengan
orang-orang. Aku heran, mengapa aku bisa hidup dinaungi batas tebal tak
terlihat, semacam gelembung kaca? Mengapa juga orang-orang dapat dengan mudah
membawa dirinya dimanapun mereka berada? Aku juga ingin menjadi teman yang baik
bagi semua orang, dimanapun dan kapanpun.
Sekalipun begitu, aku begitu memahami bahwa
beginilah aku, begitulah mereka. Setiap manusia memiliki pembawaannya, memiliki
jiwa sejatinya masing-masing. Satu hal, aku tak akan memaksakan diri menjadi
seperti siapa atau apapun hanya untuk menyesuaikan diriku pada setiap
lingkungan yang kutemui. Akupun yakin, aku tidak akan sepenuhnya berjalan sunyi
sendirian. Akan selalu ada celah kebaikan dalam setiap manusia dan
lingkungannya, dalam kejadian terburuk sekalipun. Atau malahan, tidak ada
kejadian buruk di muka bumi ini, karena, selalu ada sesuatu yang membuatnya
menjadi lebih baik.
Pengertian dan pemahaman akan setiap pribadi manusia,
sebuah prinsip bahwa setiap manusia adalah kumpulan jiwa yang lahir dengan
titik mulainya masing-masing. Semuanya berbeda, sehingga ketika mereka
menemukan titik-titik lain dalam rangkaian hidup mereka, peralihannya pun
tidaklah sama. Sayangnya, bagiku tidak semua manusia berpikir seperti itu. Karena
itu hanya dipikiranku saja, mungkin, dan aku paham akan itu. Tapi disini aku
hanya bicara tentang apa yang aku pandang. Karena itu, resiko untuk
kesalahpahaman begitu tinggi. Aku sangat tidak suka disalahpahami, untuk itu
aku tidak suka dibaca dan mengumbar semua yang ada pada diriku pada orang lain
yang tak memiliki kecenderungan yang sama. Kadang aku menemukan beberapa orang
yang tepat, yang memiliki kecenderungan yang sama, yang memahami bagaimana
diriku. Aku beruntung bertemu beberapa orang itu, mereka adalah manusia hebat
yang dapat membuatku bicara.
Aku terlihat seperti seorang pemikir dan selalu
serius dalam menjalani hidup. Setidaknya itu yang pernah orang-orang katakan
padaku. Aku tak akan membela diri, terserah bagaimana tafsiran mereka atas
lakuku. Mungkin itulah aku dimata mereka. Kalaupun suatu hari ada yang
mengatakan yang sebaliknya, itulah aku dimata mereka pula. Apa yang telah
keluar dariku adalah bagian dariku. Dan aku tidak berusaha menutupi, aku hanya
mengeluarkan apa yang ingin aku keluarkan. Walaupun di satu sisi aku ingin
diinterpretasi secara untuh dan lengkap. Aku saja belum selesai dengan diriku
sendiri.
Pandanganku pada sesuatu adalah semacam panduanku
untuk melangkah dalam hidup. Aku tak tertarik dengan motivasi dari luar yang
mengibar-ngibarkan bendera kebahagiaan, kesuksesan, hingga rasionalitas tingkat
tinggi. Sekalipun itu adalah kesedihan, aku akan melangkah. Kemurnian itikad
dalam setiap jiwa adalah yang paling utama. Dan aku sama sekali tak akan meletakkannya
dibawah penghargaan maupun hukuman. Aku adalah seorang pribadi yang berdaulat,
begitupun manusia lainnya, untuk itu, bagiku kehormatan, keelokan jiwa,
moralitas dan nilai adalah yang harus dipegang teguh.
Semakin aku kedalam dan melihat diriku, seringkali
aku terhanyut. Kupanggil diriku tukang melamun. Dalam situasi apapun,
seringkali aku ak berbicara tentang apa yang telah kualami, alih-alih berbicara
tentang pandangan hidup dan masa depan. Kadang aku ingin sepenuhnya pada apa
yang ada di depanku dan tidak pergi kemana-mana. Tidak selayaknya
pribadi-pribadi lain yang lebih mudah beradaptasi, aku hanya memusatkan
perhatian pada beberapa hal yang menarik bagiku. Padahal disisi lain aku ingin
merangkul semua hal dan semua manusia. Namun, seperti yang telah aku katakan,
aku seringkali merasa kehabisan energi ketika memaksakan diri menanggapi
semuanya. Aku sadar, aku hanya perlu satu langkah dalam satu waktu dan sebisa
mungkin tak banyak melibatkan apapun dan siapapun. Aku tidak tahu, aku hanya
sedih ketika melihat dunia yang aku tak bisa membantu menjadikannya lebih baik.
Aku juga tidak tahu, kepribadianku yang seperti ini apakah menambah beban
sekelilingku? Tapi aku cukup memahami mereka dan aku diam, aku sedikit sekali
berkata-kata. Tidakkah itu juga berlaku untukku?
Without push my pride away, this is me. I wish I could
be a kinder better me for all.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah membuang waktumu di tulisan saya. Semoga tidak ada dosa.