Postingan

Telapak-telapak...

Lakuning Srengenge

Gambar
Aku lahir selaku matahari, terang dan panas Waktu bayi wujudku nyaris bulat sempurna, kering tanpa tangis Merangkak dengan sinar-sinar yang berkilatan Lalu terbit jadi belia, berjingkatan jadi pusat hari-hari Lelap dan terjaga dari sisi-sisi berbeda Muncul membenam di saat yang sama Dikitari kabut lembut sekaligus badai api-api Darahku adalah pendar Mengalir hangat Menguap memancar Tanganku adalah sinar Menyentuh semua Menembus pandang Ludahku api menyala Menerangi, atau lamat membakar Aku tua selaku matahari, terik dan berjarak Sorotku memeluk segala,  membuat gamblang,  membuat buta Aku berdiri dari kilau-kilau, yang tak sekalipun dijamah Kecuali ia sama-sama bara, yang juga nyaris bulat sempurna, ikhlas tanpa pamrih

Hantu Pulang

Gambar
  Tatkala aku merasa jemu mengikuti generasi-generasi dan letih menyaksikan prosesi orang-orang dan bangsa-bangsa, aku duduk seorang diri di lembah hantu-hantu, dimana kenangan-kenangan dari generasi lalu bersembunyi, dan semangat dari zaman mendatang berbaring menunggu. - Kahlil Gibran Ada bencana besar yang dibiarkan menyantap dan menelan banyak dari kita, secara bulat-bulat, dengan serempak. Menggilas menuju puas. Kita dikunyah habis, disesap sampai saripati diri habis. Tak ada sesepah pun yang dilepas. Bencana besar itu membuat tak sedikit perkara jadi hambar dan hilang dayanya. Ia menyudahi kita langsung dalam momen suntuk, ketika tak sesiapa pun dapat digenggam, dan tanpa selera terhadap apa-apa. Malam ini, aku menyadari satu kata yang lebih dari tiga kali kujumpai dalam sehari. Kata itu, barangkali yang beberapa hari ini mengusik: pulang. Aku selalu percaya bahwa kata-kata dan ide-ide adalah pesan, meski diendapkan dalam durasi yang lama akan terus menghantui pikiran sampai ...

Bukan Cerita Werkudara dan Arimbi

Gambar
“It is difficult because you’re not here for the lust, inflation, quantity, comparison, competition, or constant experiences. You’re here for solidarity, peace, tranquility, soul, deepness, love and empathy.” *** Silakan tertawa atau bergidik-gidik selepas kalimat yang kutulis ini selesai. Tak apa dan perlu kuakui terang-terangan: setelah sekian abad, akhirnya aku berani menyatakan–setidaknya pada diriku sendiri dan teman dekat–bahwa aku jatuh hati. Seperti di film-film. Persis di cerita-cerita novel. Dimana aku akhirnya memenuhi syarat untuk masuk dalam definisi jatuh cinta: ketika kamu mengagumi seseorang, bahkan sejak pandangan pertama, lalu jantungmu deg-degan, ada perasaan membuncah dan meletup-letup, ada obsesi dan ambisi untuk terpikat dan memikat. Sejauh ini aku menganggap relasi yang kupunya dengan setiap manusia begitu beragam. Dan sangat amat rumit untuk dikategorikan dalam konstruksi-konstruksi yang sudah ada. Aku lebih-lebih memandang dan mengukurnya dari seberapa kuat ‘ko...

Sedap Malam

Gambar
Tak ada apapun sebesar dunia yang kau inginkan. Cukup pendar hangat dan dekat di pusat batin, yang kau dekap setiap saat. Tapi kau menangisinya. Hanya pada segala yang lembut dan halus, kau menyambutnya. Sehingga tak ada apapun yang besar menyilaukan, menggelegar, menyengat, menyentak, yang dapat kau terima. Begitulah dirimu yang liliput. Kenapa kau menangisinya? Kenapa kau justru menciut? *** Aku tak menyangka akan tersedu sedan begini. Tak menyangka juga membiarkan susah hati yang berlarut ini nampak dalam derik-derik tulisan, yang entah bakal beredar di internet, atau menumpuk saja di arsip personal seperti biasanya. Aku masih tak menyangka, si sedih menetap begitu lama tanpa kuajak bicara. Selama ini aku ke mana? Kadang-kadang aku merasa habis, meski dada rasanya ingin membuncah. Dan aku selalu mengakhirinya dengan menulis. Syukurlah masih tenggang untuk mengurai kasak-kusuk yang tak karuan ini. Selalu ada momen jeda untuk menepi. Menafsir setiap hal menjadi bahasa, menjadi ruh, ya...

Understanding Love?

Gambar
Only fairly recently, “love” in a romantic way, became the thing that always popped up in my head. There is always a trigger that makes me keep thinking about it. A joke from my friends or just constant quips and questions as to why I remain alone in the midst of the hustle and bustle of this world. In the middle of a conversation, a friend said, “Your heart is cold.” And I seem too idealistic, they said. But what's the point of life if you don't have value to hold? Or in another moment, the other friend stated that I choose to be single because I'm difficult to approach and too hard to open up with men. Some said I am just not ready yet to be in a relationship. Or something must be wrong within me. A friend once said, that I probably don’t have sexual attraction toward another. I know he’s not that serious, but I just get it seems confusing. Why did people see me just like a rare anomaly girl, only because I have never been in a romantic relationship?  I let too many aside...

Notula saat malam berasap

Gambar
10/10/2022 | 22.28 | 25°C berawan Keseharian kita barangkali adalah gugusan periodik singkat. Hari-hari yang melekat pada memori masing-masing dari kita telah dengan sendirinya tersekat. Bisa jadi hanya Senin sampai Jumat. Atau hanya hari Ahad, dari bangun sampai lelap. Sisanya kita melayang-layang tanpa tahu pangkal mula kita ajek hidup. Batasnya cuma angan, cuma sembulan-sembulan kecil yang memantik kita buat bergerak. Sepanjang hayat aku ingin percaya, bahwa kita semua tanpa kecuali, sedang dalam perjalanan tamasya mengumpulkan ingatan menuju satu hal ihwal yang begitu didamba. Kita sedang sama-sama membuat satu jalinan yang tak akan pernah nampak, karenanya ia kerap dimaknai hampa. Tapi aku ingin terus percaya dan menjalaninya dengan segala penghayatan, meski jangkanya begitu lamban, rentangnya teramat renggang. Jalan senyap itu, akan diam-diam kita tempuh, bagaimanapun gemparnya dunia.  Aku sama sekali tak merasa terombang-ambing pada saat-saat seperti  itu. Tiada pertunj...

Surat dari kamu untuk aku, dua puluh dua tahun masehi

Gambar
  Telah berapa masa ke pungkur kau biarkan dirimu lampau begitu saja? Pedihnya yang teramat atau memang kamu yang lalai? Rasa-rasanya jalan begitu panjang untuk mentas dari kubangan yang sebetulnya kau gali sendiri. Dan masih saja belum tahu apa musababnya. Tapi sembilan bulan sudah lewat, dan kau baru benar-benar sempat menilik dirimu sendiri. Baru sempat nyalakan lagi pendar yang hampir-hampir habis masanya. Walau, ada yakin yang terpatri, tak akan sampai kamu padamkan janji-janji yang sudah jadi niat. Percikan-percikan kecil itulah yang memantikmu. Kalau tak disulut, ia akan terus mengepul, menyelimut pada benakmu, menjalari mandeknya gerakmu. Walau kelalaian tak sepatutnya terus-terusan kau rawat, terima kasih masih menyisakan setitik yakin, bahwa kau akan terus berupaya meluru terang temara yang menjauh dan kian jauh jika saja tak segera kau rengkuh lagi dan lagi. Bersesak-sesak peristiwa yang kau jalani. Masa yang ditarik ke belakang, adalah pintalan-pintalan penuh arti. Mere...